Advertisemen
Pada hari Sabtu, 6 Oktober 2018, juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) Bapak Sutopo Purwo Nugroho berbagi jeda waktu dari citra satelit di akun Instagram-nya, menunjukkan bagaimana pencairan lingkungan yang hancur pada hari Jumat, 28 September 2018, di Palu, Sulawesi Tengah.
Proses pencairan tanah di Kompleks Perumahan Petobo, Palu, menggunakan pencitraan satelit WordView dengan resolusi piksel 0,5 per meter. Rumah dan bangunan hanyut dan tenggelam ke lumpur yang muncul akibat bencana gempa," katanya di akun pribadi Instagramnya @sutopopurwo.
Tim pencarian dan penyelamatan bekerja untuk memulihkan mayat di daerah ini. Korban terus ditemukan, tambahnya.
Tsunami dan pencairan tanah mengikuti gempa berkekuatan 7,4 SR yang mengguncang kota Palu di Sulawesi tengah.
Pencairan tanah, proses geologis dimana struktur tanah runtuh, relatif tidak dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, termasuk korban dan saksi bencana. Koresponden Ruslan Sangadji melaporkan bahwa pada pagi hari setelah bencana gempa, para korban menyebut fenomena tersebut sebagai tsunami tanah.
Para saksi mengatakan lumpur itu bergulung seperti gelombang laut. Rumah di Petobo bergeser sebanyak 700 meter dari lokasi aslinya. Bapak Yahdi Basma seorang Anggota Dewan Sulawesi Tengah yang rumahnya dua lantai bergerak 700 meter dan sebagian terendam di tanah yang dicairkan, mengatakan lumpur tersebut juga menyeret pohon kelapa beberapa ratus meter. Namun, katanya, pohon-pohon itu masih tetap hidup.
Advertisemen