Advertisemen
Lebih dari 1.000 tahanan yang melarikan diri di Sulawesi Tengah tetap bebas setelah gempa berkekuatan 7,4 SR yang merusak beberapa fasilitas pemasyarakatan di daerah itu.
Selama pemeriksaan enam penjara dan pusat penahanan di Palu, Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Donggala, Direktur Sekretaris Hukum dan Menteri Hak Asasi Manusia untuk fasilitas pemasyarakatan Bapak Liberti Sitinjak, mengatakan, terdapat 1.031 dari 1.425 tahanan tidak melaporkan keberadaan mereka kepada pihak berwenang.
Menurut Liberti, 433 dari 465 tahanan di penjara Palu melarikan diri untuk menyelamatkan diri ketika bencana gempa terjadi. Hanya 32 tahanan yang tinggal di dalam setelah gempa, kata Pak Liberti dalam pernyataan tertulis pada hari Sabtu malam, 6 Oktober 2018.
Pak Liberti Sitinjak menambahkan bahwa ada 314 dari 433 tahanan yang melarikan diri belum melapor kepada pihak yang berwenang.
Di lembaga pemasyarakatan lain di Palu, semua tahanan melarikan diri untuk menyelamatkan diri. Dari 549 tahanan yang melarikan diri, hanya 130 yang melaporkan keberadaan mereka. Namun, kebanyakan dari mereka tetap gratis.
Di Palu, lembaga pemasyarakatan perempuan, 44 dari 88 narapidana masih belum ditemukan. Sementara pusat-pusat penahanan remaja Palu juga melaporkan bahwa 13 dari 29 tahanan masih hilang.
Di Parigi Moutong, dari 186 tahanan, enam orang melarikan diri, sementara di penjara Donggala ada 235 dari 342 belum menyerah.
Nantinya akan ada konsekuensi yang cukup mengerikan bagi narapidana yang tidak melaporkan keberadaan mereka dalam seminggu ini setelah insiden itu, kata Liberti Sitinjak.
Advertisemen